Rabu, 07 Mei 2014

Pemdes Karanglo Belum Terima Aduan Pencemaran Lingkungan

















Selasa, 6 Mei 2014 14:20 WIB
Solopos.com, KLATEN--Pemerintah Desa (Pemdes) Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan belum menerima aduan dari masyarakat terkait dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan karena kebocoran pipa milik PT Pertamina. Pemdes Karanglo pun berencana meninjau lokasi yang menjadi tempat bocornya pipa di kawasan setempat.

“Tiga hari sejak kebocoran pipa penyalur bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina di Sungai Sijaran, kami belum menerima aduan dari masyarakat terkait dampak pencemaran lingkungan,” kata Kepala Desa (Kades) Karanglo, Kabul Subahid, kepada wartawan saat ditemui di kediamannya, Selasa (6/5/2014).
Menurutnya, di sepanjang aliran sungai Sijaran tersebut ada sekitar 50 hektare (Ha) lahan pertanian. Selain itu, pipa yang bocor ternyata berdekatan dengan tanah khas desa setempat.

Hingga saat ini, pihaknya belum bisa memastikan kerugian akibat dugaan pencemaran lingkungan dari pipa Pertamina yang bocor.  Pasalnya, hingga saat ini pihaknya belum menerima keluhan warga yang terkenda dampak sabotase pipa penyalur BBM ke Depo Pertamina ke Boyolali itu.

“Namun, dampak yang pasti dirasakan memang air sungai sempat tercemar pada Minggu (4/3/2014). Bahkan, ikan yang hidup di sungai sampai banyak yang mati dan menjadi rebutan warga. Rencananya, Selasa (kemarin) ini kami meninjau lokasi bocornya pipa Pertamina,” katanya.

Pantauan Espos, Selasa, sejumlah petugas PT Pertamina masih berjaga-jaga di sekitar lokasi kebocoran pipa. Lokasi juga masih disterilkan dari warga yang ingin mendekat.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT. Pertamina mengaku kebocoran pipa yang terjadi di Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan akibat ulah pencuri. Pertamina pun menerjunkan tim Health Safety & Environmental (HSE) untuk memperbaiki pipa yang bocor, Senin (5/5/2014).

Humas Pertamina Unit Pemasaran DIY-Jawa Tengah, Robert MV Dumatubun, mengaku sudah berkoordinasi dengan Polda Jawa Tengah (Jateng) untuk mengungkap kasus pencurian BBM di kawasan Klaten tersebut.

“Penyebab bocornya pipa dilakukan secara sengaja dan kami sudah berkoordinasi dengan Polda Jateng untuk menuntaskan kasus tersebut. Sebab, ada indikasi pencurian BBM dan harus ditangani secara serius,” papar Robert saat dihubungi solopos.com, Senin.


Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/06/pipa-pertamina-bocor-pemdes-karanglo-belum-terima-aduan-pencemaran-lingkungan-506298

50% Sumber Air Merapi Mati Akibat Tambang Pasir















Senin, 5 Mei 2014 23:30 WIB
Solopos.com, KLATEN — Sekitar 50% sumber air yang ada di lereng Gunung Merapi kini tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh warga. Matinya sumber alami itu diduga karena lereng Merapi kehilangan kemampuan menyerap air akibat aktivitas penambangan galian C.

Pakar Biologi Konservasi Universitas Sebelas Maret (UNS), Sugiyarto Yatno Shodiqdya, mengatakan kondisi tersebut mulai dirasakan pascaterjadinya gempa bumi yang melanda Klaten dan sekitarnya pada 2006. Kondisi itu diperparah dengan gencarnya aktivitas penambangan galian C di lereng Merapi.
“Sejak saat itu, sepanjang garis kaki Merapi, sekitar 50 persen mata air sudah mati,” paparnya kepada wartawan usai mengisi Seminar Lingkungan Hidup di SMKN 2 Klaten, Senin (5/5/2014). Selain itu, tidak sedikit sumur warga yang menjadi kering.

Pada 2010, menurutnya, sejumlah sumber mata air di lereng Merapi mulai pulih. Namun, gencarnya aktivitas penambangan pasir hingga ke areal perkampungan membuat semakin banyak sumber air menjadi mati kembali. Bahkan, penambangan dengan alat berat juga memperparah kerusakan alam di lereng Merapi.
“Dampak dari penambangan itu membuat lereng Merapi kehilangan kemampuan menyerap air. Akibatnya, air hujan yang turun langsung run off karena tidak bisa diserap oleh tanah,” papar warga Kecamatan Karangnongko ini.

Sebelum dibanjiri dengan aktivitas penambangan, menurutnya, lereng Merapi merupakan wilayah tangakapan air yang sangat besar. Pasalnya, lereng Merapi merupakan daerah yang dipenuhi dengan kombinasi pertanian dan kehutanan. “Lereng merapi luar biasa bagus sehingga menjadi daerah tangkapan air. Namun, kini sudah semakin kehilangan kemampuan tangkapan air,” imbuhnya.

Jika aktivitas penambangan galian C tidak dihentikan, menurutnya, tidak menutup kemungkinan sumber air di bawah menjadi hilang. Lebih lanjut, reklamasi yang dilakukan penambang juga belum bisa menyelesaikan permasalahan.

Pasalnya, penambang sering kali meninggalkan wilayah penambangan dan melupakan reklamasi. Selain itu, penambang juga hanya mengandalkan tanaman pohon jenis sengon sebagai bentuk reklamasi.

“Seharusnya, reklamasi dilakukan dengan penanaman pohon yang beragam. Sebab, sengon masa tumbuhnya sangat cepat dan memiliki akar yang dangkal. Perlu juga untuk menanam pohon yang berakar dalam,” tegasnya. Menurutnya, sengon kurang mampu dalam menyimpan air yang lebih lama.

Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/05/50-sumber-air-merapi-mati-akibat-tambang-pasir-506193

Pertamina Akui Disabotase, Wartawan Dilarang Ambil Gambar

















Senin, 5 Mei 2014 15:45 WIB
Solopos.com, KLATEN—PT Pertamina mengaku kebocoran pipa yang terjadi di Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan akibat ulah pencuri. Pertamina pun menerjunkan tim Health Safety & Environmental (HSE) untuk memperbaiki pipa yang bocor, Senin (5/5/2014). Dalam kejadian tersebut, wartawan dan sekuriti sempat bersitegang karena dilarang mendekat dan memotret.

Pantauan solopos.com di lokasi, proses perbaikan dikawal ketat oleh sekuriti PT Pertamina. Satu-satunya akses menuju pipa yang bocor melewati pematang sawah dijaga sejumlah petugas.
Sekuriti tersebut berusaha untuk mensterilkan lokasi yang bocor. Wartawan yang mencoba melewati pematang sawah untuk menuju ke arah pipa yang bocor sempat bersitegang dengan pihak sekuriti. Pasalnya, sekuriti berusaha untuk menghalang-halangi wartawan yang ingin mendekat dan mengambil gambar.

Wartawan juga sudah menunjukkan kartu pers, namun sekuriti tetap bersikukuh untuk tidak mengizinkan masuk. Namun, begitu sejumlah petani memasuki pematang sawah tersebut, sekuriti langsung mengizinkan.
Sementara, Humas Pertamina Unit Pemasaran DIY-Jawa Tengah, Robert MV Dumatubun, mengaku kebocoran pipa karena ulah pencuri. Hingga saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Jawa Tengah (Jateng) untuk mengungkap kasus pencurian BBM di kawasan Klaten tersebut.

“Penyebab bocornya pipa dilakukan secara sengaja dan kami sudah berkoordinasi dengan Polda Jateng untuk menuntaskan kasus tersebut. Sebab, ada indikasi pencurian BBM dan harus ditangani secara serius,” papar Robert saat dihubungi solopos.com, Senin.

Menurutnya, pencurian BBM di kawasan Klaten tersebut telah mengakibatkan kerugian besar bagi PT Pertamina. Kendati demikian, pihaknya belum bisa memastikan berapa nilai kerugian akibat sabotase tersebut.

Saat ditanya tercemarnya lingkungan setempat akibat BBM yang tumpah, pihaknya juga belum bisa berkomentar banyak. “Kami masih menunggu laporan dari tim HSE yang tengah menlakukan investigasi kasus tersebut, termasuk tercemarnya lingkungan yang membuat kerugian warga setempat,”  tegasnya.

Sementara, Kasatreskrim Polres Klaten, AKP Danu Pamungkas, yang saat ini meninjau lokasi pipa yang bocor menduga kasus tersebut karena pencurian. “Dugaannya memang pencurian, namun belum bisa disimpulkan karena barang buktinya juga masih dibawa oleh tim dari PT Pertamina,” paparnya kepada wartawan di lokasi, Senin.

Seperti diberitakan sebelumnya, pipa milik PT Pertamina yang bocor tersebut kali pertama diketahui oleh seorang warga setempat. Warga curiga karena melihat Sungai Tengah yang ada di kawasan setempat tercemar minyak.

Setelah ditelusuri, minyak tersebut ternyata berasal dari pipa milik PT Pertamina yang bocor di jurang sungai. Banyaknya minyak yang mengalir ke sungai sempat membuat banyak ikan menjadi mabuk dan akhirnya mati.
Kejadian tersebut sempat membuat warga heboh. Bahkan, warga sampai berlomba-lomba terjun ke sungai yang tercemar untuk ikut mencari ikan yang tidak berdaya karena keracunan itu.

Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/05/kebocoran-pipa-pertamina-pertamina-akui-disabotase-wartawan-dilarang-ambil-gambar-506114

Pemkab Klaten Siap Hadapi Gugatan Rp103 Miliar






















Sabtu, 3 Mei 2014 14:01 WIB
Solopos.com, KLATEN—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menilai dokumen PT.  Tirta Dhea Addonics Pratama (TDAP) Jakarta yang digunakan untuk proses lelang pembangunan Masjid Agung tahap II adalah asli. Pemkab pun siap menghadapi  gugatan senilai Rp103 miliar yang diajukan PT. TDAP dan membuktikan kebenaran dokumen di Pengadilan Negeri (PN) Klaten.

Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan, Setda Klaten, Sigit Gatot Budiyanto, memaparkan proses lelang megaproyek Masjid Agung sudah sesuai dengan prosedur. Bahkan, rekanan atau jasa konstruksi yang mengikuti lelang memiliki password untuk memasukkan dokumen.

Selain itu, Pemkab juga sudah melibatkan Lembaga Pelayanan Secara Elektronik (LPSE) untuk memverifikasi dokumen lelang yang diajukan jasa konstruksi, termasuk milik PT. TDAP. “Semua rekanan yang sudah mengirimkan dokumen ke aplikasi LPSE memiliki  password dan kami tidak tahu password-nya. Dengan demikian, jelas tidak mungkin dokumen itu dipalsukan,” tegasnya kepada wartawan di alun-alun Klaten, Jumat (2/5/2014).

Setelah dinilai memenuhi persyaratan, Pemkab pun akhirnya memutuskan untuk menjadikan PT. TDAP sebagai pemenang. Pihaknya mengaku mempersilahkan pihak yang menyoal kasus tersebut, terutama tentang dimasukkannya PT. TDAP dalam daftar hitam atau black list.

Dimasukkannya PT. TDAP ke dalam daftar hitam itu karena tidak mampu menyelesaikan pembangunan masjid sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan. Bahkan, Pemkab sudah memperpanjang namun belum kunjung rampung.

“Silahkan jika ada yang tidak terima karena dimasukkan dalam black list. Sebab, kami proses lelang juga sudah sesuai dengan prosedur,” tandasnya.

Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/03/polemik-masjid-agung-pemkab-klaten-siap-hadapi-gugatan-rp103-miliar-505750

Di-Black List, PT TDAP Gugat Pemkab Rp103 M ke PN Klaten




















Kamis, 1 Mei 2014 20:58 WIB
Solopos.com, KLATEN—PT Tirta Dhea Addonics Pratama (TDAP) Jakarta melayangkan gugatan kepada Pemkab Klaten senilai Rp103 miliar di Pengadilan Negeri (PN) Klaten. Kontraktor tersebut memperkarakan secara perdata tindakan Pemkab yang telah mencatut dan memasukkan ke dalam daftar hitam atau black list karena gagal menyelesaikan proyek Masjid Agung Tahap II senilai Rp30 miliar.
PT. TDAP berkilah merasa tidak pernah mengikuti lelang, apalagi mengerjakan proyek Masjid Agung Klaten. Gugatan atas mega proyek Masjid Agung tersebut teregister 51/pdt.g/2014/PN.klt tertanggal 30 April 2014.

Pihak yang digugat yakni Bupati Klaten, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek Masjid Agung tahap II. Pelayangan gugatan ke PN Klaten tersebut dibenarkan tim kuasa hukum Pemkab Klaten, Trisna Tirtana. “Kami sudah mendapatkan laporan gugatan tersebut dan saat ini pemeriksaan dilanjutkan melalui PN Klaten,” ujarnya saat dihubungi solopos.com, Kamis (1/5/2014).

Sebelumnya, PT. TDAP memasukkan gugutan kasus tersebut ke PN Jakarta Selatan (Jaksel). Namun, pada Rabu (30/4) kuasa hukum PT. TDAP resmi mendaftarkan ke PN Klaten dan mencabut gugatan di PN (Jaksel).

“Semula memang didaftarkan di PN Jaksel. Lantaran locus delicti (tempat kejadian perkara) ada di Klaten, gugatan di Jakarta kami cabut dan kami masukkan ke PN Klaten, Rabu,” papar kuasa hukum PT. TDAP Jakarta, Joko Yunanto, kepada wartawan, Rabu (30/4).

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan materi gugatan yang dilayangkan di PN Klaten sama dengan yang di Jaksel. “Materi gugatannya sama, hanya pemindahan gugatan yang sesuai dengan locus delicti. Kami masih menunggu kasus itu diproses,” imbuhnya.

Menurutnya, pimpinan PT. TDAP, Sutrisno, sama sekali tidak tahu menahu terkait mega proyek tersebut. Dia baru mengetahui perusahaannya terlibat setelah tiba-tiba di-black list Pemkab Klaten. Sebelumnya, pihaknya juga tidak mengetahui jika perusahaannya dilibatkan dalam proyek senilai Rp30 miliar tersebut.

Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/01/polemik-masjid-agung-di-black-list-pt-tdap-gugat-pemkab-rp103-m-ke-pn-klaten-505518

Sukarelawan Sisir Lereng Merapi di Antara Jurang Sedalam Ratusan Meter


Kamis, 1 Mei 2014 16:41 WIB
Solopos.com, KLATEN — Upaya perbaikan pipa yang pecah di sumber air Goa Lowo yang ada di bukit Bibih, lereng Gunung Merapi, akhirnya membuahkan hasil. Rabu (30/4/2014), air bisa memancar keluar dan mengalir ke bak penampungan warga di Dusun Gedong Ijo, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Kendati demikian, perbaikan masih terganjal 150-an meter pipa yang masih rusak.

Pantauan Solopos.com, puluhan warga dibantu sukarelawan mulai memperbaiki pipa yang rusak sekitar pukul 06.00 WIB. Dengan mengendarai sepeda motor, mereka menelusuri jalan setapak yang sangat terjal. Mereka harus ekstra hati-hati karena jalan menuju sumber air dikelilingi oleh jurang sedalam ratusan meter. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa mencapai Goa Lowo yang berjarak 2,4 km dari bak penampungan atau rumah terakhir warga yang terletak paling atas di kawasan tersebut.

Di lokasi, warga dan sukarelawan berjuang keras menemukan titik pipa yang pecah. Sebab, pipa yang pecah tersebut tertutup material longsoran tebing. Setelah berjuang keras selama lebih dari enam jam, warga dan sukarelawan akhirnya berhasil menemukan serta memperbaiki pipa yang pecah.

Kaur Kesra Desa Tegalmulyo, Pekik, yang saat itu memimpin perbaikan mengatakan masih ada sekitar 150 meter pipa yang rusak. “Air sudah bisa memancar dan mengalir ke bak, namun masih ada 150 meter pipa yang rusak,” katanya kepada wartawan di lokasi, Rabu.

Upaya perbaikan pun dihentikan karena warga dan relawan tidak lagi memiliki stok yang cukup untuk mengganti pipa yang rusak. Kondisi tersebut membuat debit air mengecil dibandingkan sebelumnya. Kendati demikian, Pekik yakin untuk sementara waktu kebutuhan air masih cukup untuk memenuhi 200an warga yang tinggal di Dusun Gedong Ijo dan Ger Tengah.

Salah satu warga, Tirto Wiyono, mengaku lega dengan perbaikan pipa yang berhasil tersebut. Kini, dia tidak perlu khawatir lagi kekurangan air bersih. “Sebab, jika air dari sumber alami tidak lagi mengalir. Kami hanya bisa mengandalkan dari air hujan di penampungan,” paparnya kepada wartawan di lokasi, Rabu. Selama ini, pihaknya mengaku mengandalkan air dari sumber alami untuk konsumsi.

Sedangkan, untuk keperluan mencuci, mandi, minum ternak menggunakan air dari hujan yang ditampung di masing-masing bak rumah warga. “Air sangat berharga bagi warga yang tinggal di lereng Merapi, sehingga kami sangat senang jika sudah lancar kembali,” katanya.

Sumber : http://www.solopos.com/2014/05/01/pipa-air-merapi-pecah-sukarelawan-sisir-lereng-merapi-di-antara-jurang-sedalam-ratusan-meter-505508

Mars Klaten Bersinar

Sinebat Klaten bersinar
Bersih tumrape lingkungan
Sehat bagas kewarasan indah sawisine jagat prokuto

Panggonan kang gawe krasan aman tan ono rubedo
Kabeh sinawang katone tumoto yekti iku kuto klaten bersinar
Rakyat terus ayem tentrem gemah ripah loh jinawi
Kertoraharjo agung wibawane andap asor katon luhur budine